Cerita Ngentot Panas Bersama Manda (bag. 2)

Cerita Sebelumnya :
Begitupun ketika kami menyaksikan pertunjukan Indian di arena Cowboy Town itu, tiba-tiba saja aku merasakan Manda melingkarkan tangannya ke lenganku, sehingga sempat kurasakan gundukan daging kenyal didadanya bergeseran dengan lengan kiriku. Puas menyaksikan pertunjukan Indian, kami lalu mengitari seluruh areal Cowboy Town, termasuk bertanding menembak yang disediakan disana. Dan sebelum pulang, kami menyempatkan diri berfoto ala koboi dengan gaya yang cukup mesra.

Sekitar pukul 22.30, aku mengajak Manda untuk kembali ke hotel dengan tangan merangkul pundaknya yang halus dan lembut itu. Selama di perjalanan menuju hotel, ia berjanji akan meneleponku begitu sampai di kamar nantinya.

Aku baru saja sedang menyusun-nyusun barang belajaan yang aku beli di Melaka tadi, ketika tiba-tiba telepon di dekat aku berada berdering.

"Hallo," sapaku dengan sopan.
"Ya, hallo. Ini Shandy ya..," ujar suara lembut dari balik gagang telepon yang aku pegang.
"Iya, ini kamu Manda? Ada apa..?" tebakku.
"San, teman-temanku belum ada yang kembali, dan aku kesepian disini. Kamu mau datang ke kamarku untuk bercerita-cerita," ujarnya lembut.
"Ok, tunggu sebentar ya. Lima menit lagi aku datang," jawabku cepat.

Pucuk dicinta ulampun tiba. memang sudah dari tadi aku menunggu kesempatan seperti ini. Akupun mulai berfikir keras bagaimana bisa meniduri cewek Jepang itu malam ini. Berfikir begitu, tanpa terasa "si kecil" di selangkanganku tiba-tiba mengeras seperti besi. Ya ampun, libidoku yang cukup tinggi ternyata tak mampu meredam keinginan "si kecil" ini untuk segera menyeruak masuk "goa" wanita yang diincar-incarnya sejak sore tadi.

Seperti yang aku janjikan, tidak cukup lima menit aku sudah berada di depan pintu kamar Manda yang letaknya hanya satu tingkat di atas kamarku. Dengan mengenakan celana pendek hawai dan baju kaos bertuliskan "Malaysia Tourism" dan bersiul-siul kecil dan penuh percaya diri, aku tekan bell kamarnya. Dan ketika pintu kamar itu terbuka, aku sempat terpana menyaksikan Manda yang memakai baju tidur tipis dan trasparan berwarna merah, sehingga aku dapat dengan jelas menyaksikan kemolekan tubuhnya yang berukuran 36-27-38. Dan lagi, bisa aku pastikan bahwa dibalik baju tidurnya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa..!

"Ayo masuk, kok justru mempelototin saya?" tegurnya sambil menarik tanganku untuk masuk ke kamarnya.
"Aku hanya kaget saja, kamu terlihat seperti bidadari malam ini," aku mulai melancarkan rayuan padanya.
"Ini adalah pujian kedua yang aku terima darimu hari ini. Berapa aku harus membayar?" jawabnya sambil tersenyum manis padaku.
"Sungguh, Manda. Kamu begitu cantiknya aku lihat malam ini," kataku sambil menghenyakkan pantatku di ranjangnya yang besar dan empuk itu.
"Ah, kamu," ujarnya sambil memukul bahuku.

Reflek aku menangkap tangannya yang mungil dan halus itu, dan ia terduduk disampingku dengan posisi yang sangat rapat sekali. Kami lalu saling bertatapan. Lalu aku beranikan diri mengelus rambutnya yang lurus hingga punggung, dan coba menarik kepalanya pelan-pelan ke arahku, sehingga wajah kami jadi sangat dekat dan kami sama-sama dapat merasakan hembusan nafas masing-masing.

Ia tampak menundukkan kepalanya, dan kemudian aku angkat dagunya dengan tangan kiriku. Kulihat bibirnya basah merekah. Kesempatan itu aku artikan bahwa ia sudah pasrah dan ingin bibirnya yang halus dan merah merekah itu segera aku lumat dengan bibir tebalku.

"Ah, Shandy..," ia mendesah.

Aku jadi semakin nekad dan berani. Ciumanku terus merambat ke daun telinganya dan terus ke belakang menuju tengkuknya. Aku lihat ia menggelinjang kegelian, dan aktivitas terus aku lanjutkan kembali ke bibirnya, sambil tanganku meremas dengan lembut payudaranya yang montok itu.

"San, terus.., jangan hentikan," rintihnya sambil mengarahkan tangannya menuju selangkanganku yang sudah mengeras sejak pertama datang tadi.

Dengan tidak menghentikan ciuman mautku di bibirnya yang tipis itu, aku coba membuka satu persatu kancil baju tidurnya. Ia ikut membantu ketika aku kesulitan untuk membuka kancing baju tidurnya yang dibagian bawah. Begitu baju tidurnya terlepas, terlihatlah dengan jelas tubuhnya yang aduhai dan sangat menggiurkan itu.

"Shandy, jangan biarkan aku menderita menerima tatapan matamu. Fuck me, Shandy..," ujarnya.

Akupun langsung mencopot satu-persatu pakaian yang aku pakai, sehingga akupun ikut polos tanpa sehelai benang di tubuhnya. Aku lihat Manda terkejut melihat "si kecil" punyaku yang cukup besar dan berdiri dengan gagahnya.

"Oh, besar sekali," katanya sambil mengelus "si kecil".

Bersambung ..

0 Response to " Cerita Ngentot Panas Bersama Manda (bag. 2) "

Posting Komentar

Populer Hari ini

POPULER MINGGU INI

Diberdayakan oleh Blogger.