Cerita Dewasa - Bibiku Sayang (bag. 2)

Baru beberapa menit aku sudah keluar, kelihatannya bibi belum puas aku dapat merasakannya dari raut wajahnya. Besoknya sepulang dari kuliah setelah makan siang, aku langsung ke kamar dan kugunakan obat yang dioleskan pada kepala penis. Obat tersebut sebelummya aku sudah menyimpannya, kebetulan teman kostku ada yang menjatuhkannya di halaman dan aku menyimpannya.

Setelah beberapa menit kemudian ketika teman-teman kostku sedang istirahat siang, bibi kembali lagi ke kamarku. Tanpa basa-basi lagi aku langsung mengajaknya untuk bersetubuh. Pada hubungan hari kedua tersebut karena aku memakai obat, kami dapat melakukan permainan seks yang cukup lama. Aku dapat merasakannya bahwa bibi mencapai orgasme sehingga pada hubungan hari kedua tersebut kelihatannya bibi betul-betul puas.

Selanjutnya setelah kejadian itu, hubunganku dengan bibi semakin akrab saja. Atas saranku, bibi kalau kerja selalu menggunakan rok yang cukup longgar sehingga memudahkan pada saat melakukan persetubuhan. Hubungan seks yang kami lakukan sebagian besar pada siang hari pada saat teman-teman sedang tidur siang. Pernah sekali- sekali pada pagi hari sepulang bibi dari pasar kalau teman-teman belum bangun pagi.
Aku dan bibi melakukan hubungan badan selalu dalam kamar dan tidak pada ranjang karena takut ranjangnya berbunyi, maklum ranjangku terbuat dari besi yang sudah agak tua. Pernah suatu hari bibi mengajakku melakukan hubungan di dalam kamar mandi tetapi aku menolaknya karena takut ketahuan oleh teman-teman yang lain.

Belakangan atas pengakuan bibi aku baru tahu bibi dalam rumah tangganya mengalami persoalan dalam berhubungan seks dengan suaminya. Kata bibi, suaminya cepat sekali keluarnya sehingga bibi jarang mencapai orgasme. Padahal dari hubungan yang kulakukan dengannya selalu berakhir dengan puncak kenikmatan.

Setelah sering melakukan hubungan seks dengannya, aku jarang lagi menggunakan obat sehingga sering kami mengalami orgasme hampir bersamaan. Setelah beberapa lama aku dan bibi melakukan hubungan badan, bibi malah menganggapku sebagai suaminya yang kedua karena kepuasan yang kuberikan dapat menggantikan suaminya.

Untuk menghindari kecurigaan suaminya, aku sarankan pada bibi agar sikapnya terhadap suaminya tidak berubah terutama dalam melakukan hubungan seks. Bibi menuruti saranku, malah setelah menjalin hubungan denganku, perlakuan bibi terhadap suaminya menjadi semakin mesra untuk menghindari kecurigaan.

Bibi adalah guru bagiku dalam hal berhubungan seks. Berbagai posisi telah diajarkannya padaku diantaranya, aku duduk dan bibi di atasku, bibi nungging sambil berdiri, bibi tidur di atas meja, aku duduk diatas kursi, dll. Kalau bibi sedang haid, bibi selalu memberikan blow job kepadaku.

Hubungan yang kurasakan paling berkesan adalah pada suatu malam dimana aku dan teman-teman mengadakan acara di luar rumah sehingga rumah kosong sama sekali, kami meminta bibi untuk menjaga rumah sampai tengah malam. Aku sengaja pulang lebih awal kebetulan di rumah hanya ada bibi sendirian.

Aku dan bibi langsung menuju tempat tidur setelah mengunci seluruh pintu masuk. Kami melakukan hubungan seks yang cukup lama sehingga bibi dapat mencapai orgasme beberapa kali. Setelah di tempat tidur kemudian pindah ke sofa ruang tamu sampai menjelang teman-teman pulang tengah malam. Demikianlah hubunganku dengan bibi berlanjut kurang lebih satu tahun sampai akhirnya aku lulus dan pindah ke kota lain.

Selama itu aku dan bibi melakukan hubungan seks tidak kurang dari 100 kali dalam berbagai posisi. Suatu saat pernah kuungkapkan pada bibi bahwa aku bermaksud berpacaran/ kawin dengan salah seorang putrinya sehingga dengan demikian aku dan ibunya (bibi) dapat menjalin hubungan terus, tetapi bibi tidak menyetujui rencanaku tersebut.

Sampai saat aku menulis pengalamanku ini, aku belum pernah berjumpa lagi dengan bibi. Kadang-kadang aku sangat merindukan saat-saat indah yang pernah kami alami.

TAMAT

0 Response to " Cerita Dewasa - Bibiku Sayang (bag. 2) "

Posting Komentar

Populer Hari ini

POPULER MINGGU INI

Diberdayakan oleh Blogger.