Cerita Mesum - Tante Anne (bag. 2)

Kelihatannya ia tertidur saat menonton TV. TV-nya masih menyala. Aku berjalan ke arah TV, bermaksud mematikannya. Melihat adegan panas yang sedang berlangsung di TV, mendadak aku terdiam pas di depan TV. Kulihat ke belakang, Tante Anne masih tidur. Aku berdiri menonton dulu, sekedar iseng. 5 menit lagi ah baru kumatikan, begitu pikiranku saat itu.

"Hey.." saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus Tante Anne, diikuti oleh tawa tertahannya. Aku benar-benar malu sekali waktu itu. Aku berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aku berbalik, kulihat Tante Anne sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat puting susunya dari balik baju tidurnya yang tipis.

"Kirain Tante sudah tidur.. hehe", kataku asal-asalan sambil berjalan hendak keluar dari kamar.
"Chris.. bisa tolong pijitin badan Tante? Pegel nih semua", terdengar suara helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai. Saat aku berbalik hendak menjawab, kulihat Tante Anne sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yang masih dikenakannya adalah celana dalamnya.

"Ya.." hanya itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Aku pun berjalan ke arah Tante Anne. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya. "Engghh.." terdengar dia mengerang perlahan.

"Om Joe kapan pulangnya Tante?" kuatir juga aku ketahuan oleh suaminya.

"Emm.. mungkin minggu depan.. nggak tau deh.. kalau Om mu sih.. jarang di rumah. Mungkin seminggu pulang sekali", dalam hatiku merasa kasihan juga kepada Tante Anne. Pantas saja dia merasa kesepian.

"Fhhuuuhh.." kembali terdengar helaan nafas panjang.

"Kamu sudah punya pacar Chris?" tanyanya memecah keheningan.

"Yah.. di Medan."

"Hehehe.. cantik nggak Chris?" Tante Anne memang dari dulu senang bercanda. Sangat berbeda dengan ibuku yang kadang bersikap agak tertutup, Tante Anne adalah penganut kebebasan Barat. Aku hanya tersenyum saja menjawab pertanyaannya.

"Turun dikit Chris!" aku pun menurunkan pijatanku dari bahu ke punggungnya. "Kamu duduk saja di atas pantat Tante.. supaya bisa lebih kuat pijitannya."

Aku yang semula mengambil posisi duduk di sampingnya, sekarang duduk di atas pantatnya. "Unghh.. berat kamu", mendengus tertahan dia waktu kududuk di atasnya.

"Hehehe.. tapi katanya suruh duduk di sini", cuek saja aku melanjutkan pijatanku. Penisku sudah terasa menegang sekali, sesekali kutekan kuat-kuat penisku ke pantat Tante Anne. Walaupun aku masih memakai celana lengkap, namun sudah terasa nikmat dan hangat sewaktu penisku kutekan ke pantatnya.

"Iiihh.. nakal ya.. bilangin Mama kamu lho", katanya sewaktu merasakan penisku menekan-nekan pantatnya.

"Sudah belom Tante? sudah cape nih", kataku setelah beberapa menit memijat punggungnya.

"Iyah.. kamu berdiri dulu deh.. Tante mau balik", aku berdiri, dan Tante Anne sekarang berbalik posisi. Sekarang aku bisa melihat wajahnya yang cantik dengan jelas, payudaranya yang masih kencang itu berdiri tegak di hadapanku. Puting susunya yang merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Aku sampai terbengong beberapa detik dibuatnya.

"Hey.. pijit bagian depan dong sekarang", katanya.

Aku duduk di atas pahanya, kuremas dengan lembut kedua payudaranya. Lalu kupuntir-puntir puting susunya dengan jari-jariku. "Ihh.. geli.. hihihihi.." dia cekikikan. Aku benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan nafsuku lagi.

Sekarang ini yang ada dalam otakku hanyalah bagaimana memuaskan Tante Anne, memberinya kepuasan yang selama ini jarang ia dapatkan dari suaminya. Rasa kasihan akan Tante Anne yang telah lama merindukan kehangatan laki-laki bercampur dengan nafsuku sendiri yang sudah menggelora. Aku menarik celana dalamnya dengan agak kasar. Kulihat dia hanya diam saja sambil memejamkan matanya pasrah.

Kuakui inilah pertama kalinya aku melihat wanita telanjang secara nyata. Tapi agaknya aku tidak begitu canggung, sepertinya aku melakukan semuanya dengan begitu alamiah. Tante Anne membuka lebar kedua pahanya begitu celana dalamnya kulepas. Kulihat dengan jelas vaginanya dengan bulu-bulu halus yang dicukur dengan rapi membentuk segitiga di sekitarnya. "Sudah sering beginian yah kamu Chris?" tanyanya heran juga melihat aku begitu mantap.

"Ehh.. nggak kok.. baru sekali Tante", nafasku sudah memburu, kata-kata pun sudah sulit kuucapkan dengan tenang. Kulihat nafas Tante Anne juga sudah mulai memburu, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.

"Jilatin dong Chris!" katanya memelas. Mulanya aku ragu-ragu juga, tapi kudekatkan juga kepalaku ke vaginanya. Tidak ada bau tidak enak sama sekali, Tante Anne rajin menjaga kebersihan vaginanya aku kira. Kujulurkan lidahku menjilati dari bawah menuju ke pusar.

Beberapa menit aku bermain-main dengan vaginanya. Tante Anne hanya bisa mengerang dan menggelinjang kecil menahan nikmat. Kulihat ia meremas sendiri buah dadanya dan memuntir-muntir sendiri puting susunya. Aku berdiri sebentar, melepaskan semua pakaianku. Bengong dia melihat penisku yang 18 cm itu. Aku cuma tersenyum kepadanya, dan melanjutkan menjilati vaginanya. Beberapa saat kemudian ia meronta dengan kuat.

"aahh.. ohh God.. aargghh.." bagaikan gila, dia menjepit kepalaku dengan pahanya, lalu menekan kepalaku supaya menempel lebih kuat lagi ke vaginanya dengan dua tangannya. Aku susah bernafas dibuatnya.

"Lagi.. arghh.. clitorisnya Chriss.. ssshh.. yah.. yah.. lagi.. oooohh.." semakin menggila lagi dia ketika aku mengulum clitorisnya, dan memainkannya dengan lidahku di dalam mulut. Aku memasukkan lidahku sedalam-dalamnya ke dalam lubang vaginanya. Bau cairan kewanitaan semakin keras tercium. Vaginanya benar-benar sudah basah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di vaginanya dengan cepat dan kasar. Lalu ia menegang, dan tenang. Saat itu juga aku merasa cairan hangat semakin banyak mengalir keluar dari vaginanya. Aku jilati semuanya.

Bersambung ..

0 Response to " Cerita Mesum - Tante Anne (bag. 2) "

Posting Komentar

Populer Hari ini

POPULER MINGGU INI

Diberdayakan oleh Blogger.